PHK Bukan akhir segalanya
>> 24 May 2009
Harian Kompas, minggu 24 mei 2009, halaman 27, berjudul “ Mereka harus kembali ke titik nol” benar-benar menguggah kesadaran saya akan resiko-resiko menjadi pekerja. di jaman sulit seperti ini siapapun bisa mengalami nasib sama seperti mereka yang terkena dampak pemutusan hubungan kerja.
Diceritakan krisis keuangan global di Indonesia terus memakan korban, tidak hanya ratusan, tetapi ribuan orang harus kehilangan pekerjaan. Mereka yang sebelum krisis sudah memiliki kehidupan yang mapan, tiba-tiba terlontar kembali ke titik nol.
Edwin,39th, karyawan Bank, bulan Januari 2009 lalu terpaksa harus menelan pil pahit.perusahaan yang telah memperkerjakannya selama 12 tahun itu memberhentikan dia tanpa sinyal. Beruntung dia mendapatkan pesangon yang lumayan besar yaitu sebesar 185 juta minus pajak dan pinjaman dari rumah, dia mendapatkan 112 juta. Usaha untuk melamar pekerjaan selalu gagal karena usianya tidak lagi muda. Walaupun sempat putus asa karena tidak kunjung mendapatkan pekerjaan, akhirnya dia banting setir mencoba mencari penghasilan dengan menjual air minum beroksigen di rumahnya yang sebelumnya merupakan bisnis istrinya.
Dian Lestari, 39th, humas perusahaan kertas, bulan Desember 2008, menerima pemberitahuan pemberhentian kerja, toh dia masih merasa beruntung karena ada agen property yang bersedia menerimanya menjadi salah seorang agen. Perasaan gamang tak urung dirasakannya, dari pekerjaan yang setiap bulannya memberikan penghasilan tetap,tiba-tiba menjadi menerima penghasilan berdasarkan komisi. Dari acara-acara di hotel, menjadi pekerja lapangan yang harus keluar masuk gang kecil untuk mencari property yang akan di jual.
Hartono,42th, karyawan perusahaan distibusi barang elektronik di putus kerja tanpa mendapatkan pesangon. Perusahaan hanya membekalinya dengan 20 alat pemutar cakram yang dijualnya satu persatu setelah keuangan keluarganya menipis. Dia segera bangkit mencari pekerjaan walaupun hanya menjadi sopir taxi.
Selalu ada hikmah dari peristiwa-peristiwa yang dialami tersebut. Dian, contohnya, dia merasa bahwa harus lebih sabar dan tekun dalam menghadapi hidup. Sementara Edwin harus memutar otak agar pesangon yang ada tidak habis sia-sia.
Nah bagaimana dengan saya ? saat ini saya dalam posisi 50-50, 50% aman dan 50% tidak aman. Apa pasalnya? Lembaga yang mempekerjakan saya, meminta kesediaan saya untuk menempati suatu jabatan yang saat ini kosong. Saya diminta untuk memberikan jawaban sesegera mungkin. Sebagai seorang tenaga lapangan yang tidak terbiasa dengan ikatan administrasi yang ketat, saya merasa gamang ketika diminta harus memilih. Hati kecil berkata.” I don’t have the heart to do that!” saya hanya tidak berani bertanggung jawab secara moral untuk mengerjakan hal yang tidak saya sukai. Terlepas dari mengerjakan hal baru sebenarnya adalah suatu proses belajar juga danKreativitaslah yang nantinya akan menentukan berhasil tidaknya orang, saat ini saya masih bertahan pada pendirian saya untuk tidak mengerjakan apa yang tidak saya suka.
Entahlah jika melihat kondisi sekarang yang serba tidak menguntungkan tampaknya saya harus berpikir ulang untuk mencari pekerjaan lain yang sesuai dengan hati nurani saya, menjadi seorang penulis mungkin? Atau guru ? seniman ? atau sopir taxi ? waktu akan membuktikannya, Ayo bangkit mencari nafkah untuk keluarga.
0 comments:
Post a Comment